Doa ini bagus diamalkan karena akan menjauhkan kita dari sifat-sifat jelek, yaitu sifat malas dalam ibadah dan kelemahan, serta pengecut. Juga berisi meminta perlindungan dari Allah agar tidak dizalimi dan dijauhkan dari utang yang berat.
Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Ad-Da’awaaat (16. Kitab Kumpulan Doa), Bab 250. Keutamaan Doa
Hadits #1474
وَعَنْ أَنَسٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَقُوْلُ : اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ العَجْزِ ، وَالكَسَلِ ، وَالجُبْنِ ، والهَرَمِ ، والبُخْلِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا وَالمَمَاتِ
وَفِي رِوَايَةٍ : وَضَلَعِ الدَّيْنِ ، وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ALLOHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL ‘AJZI, WAL KASALI, WAL JUBNI, WAL HAROMI, WAL BUKHLI, WA A’UDZU BIKA MIN ‘ADZABIL QOBRI, WA A’UDZU BIKA MIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT (artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, sifat malas, sifat pengecut, kepikunan, kekikiran, dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian).”
Dalam riwayat lain disebutkan, “DHOLA’ID DAIN WA GHALABATIR RIJAAL (Lilitan utang dan laki-laki yang menindas).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6367 dan Muslim, no. 2706]
Keterangan Doa
Al-‘ajz: kelemahan di mana seorang hamba tidak bisa melakukan kebaikan karena ketidakmampuan dan tidak adanya kekuatan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perlindungan dari hal ini dikarena sifat ‘ajz akan menghalangi seseorang dalam menunaikan kewajiban agama atau perkara dunia. Allah Ta’alatelah mencela orang yang ‘aajiz (lemah) dalam kitabnya,
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا عَبْدًا مَمْلُوكًا لَا يَقْدِرُ عَلَىٰ شَيْء
“Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatu pun.” (QS. An-Nahl: 75)
Al-kasl: kemalasan di mana seorang hamba tidak bisa melakukan kebaikan padahal dalam keadaan punya kemampuan. Sifat ini adalah sifat tercela karena menjadikannya berat pada sesuatu yang seharusnya tidak sulit ia kerjakan, akhirnya ia tidak punya semangat melakukan kebaikan. Dari sifat al-kasl, seseorang akhirnya melalaikan hal-hal yang bermanfaat terkait dunia dan akhiratnya. Allah Ta’ala telah mencela orang-orang munafik dengan sifat malasnya,
وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَىٰ
“Dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas.” (QS. At-Taubah: 54)
Al-bukhl: pelit, di mana menghalangi seseorang dari berinfak terkait dengan kewajiban harta, seperti zakat, nafkah untuk keluarga, sampai pada melayani tamu. Ada juga terkait dengan kewajiban berupa ucapan seperti perintah bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan perintah menjawab salam.
Al-jubn: takut ketika perang dan takut berjihad di jalan Allah. Juga bisa maknanya, takut dalam menyuarakan kebenaran dalam amar makruf nahi mungkar, atau takut ketika berjuang melawan setan dan hawa nafsu.
Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly hafizhahullah dalam Bahjah An-Nazhirin (2:452) menyatakan bahwa al-jubn adalah enggan berbuat baik terkait dengan badan, sedangkan al-bukhl adalah enggan berbuat baik terkait dengan harta.
Al-harom: usia senja yang kembali lagi pada ardzalil ‘umur (usia yang hina). Keadaan ketika usia senja itu kekuatan sudah menurun, berpikir sudah semakin sulit (pikun), dan keadaan fisik lainnya yang semuanya membuat berat untuk beraktivitas. Keadaan al-harom ini kembali lagi seperti bocah ketika masih berada dalam gendongan. Semoga kita terlindung dari keadaan tua yang seperti ini.
Fitnah hidup dan mati:
Ibnu Daqi Al-‘Ied mengatakan, “Fitnah kehidupan adalah fitnah yang dihadapi manusia semasa ia hidup yaitu berupa fitnah-fitnah dunia (harta), fitnah syahwat, kebodohan dan yang paling besar dari itu semua –semoga Allah melindungi kita darinya- yaitu cobaan di ujung akhir menjelang kematian. Sedangkan fitnah kematian yang dimaksud adalah fitnah ketika mati. Fitnah kehidupan bisa kita maksudkan pada segala fitnah yang ada sebelum kematian. Boleh jadi fitnah kematian juga bermakna fitnah (cobaan) di kubur.” Lihat ‘Aun Al-Ma’bud, 3:95.
Dhola’id dain: sulitnya utang.
Gholabatir rijaal: dikuasai dan dizalimi, dan ditindas tanpa jalan yang benar. Akibatnya, seseorang kendur dalam melakukan ketaatan dan ibadah. Karena diperlakukan seperti ini akhirnya timbul kebencian.
Faedah Hadits
- Selama Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menjadi pembantu Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam, ia paling sering mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca doa ini. (HR. Bukhari, no. 6363)
- Bisa saja al-‘ajz (kelemahan) itu hasil dari al-kasl (kemalasan). Karena banyak yang malas pada sesuatu padahal dia mampu melakukannya, akhirnya ia makin lemah keinginannya, akhirnya ia dapati al-‘ajz (lemah untuk berbuat).
- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perlindungan dari sifat malas dengan harta (al-bukhl) dan sifat malas dengan badan (al-kasl).
- Penetapan adanya azab atau siksa kubur.
- Menindas di sini ada dua: menindas hak hingga berat dalam utang, dan menindas dengan kebatilan hingga dizalimi.
Referensi:
- Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
- https://kalemtayeb.com/safahat/item/3146
- https://kalemtayeb.com/safahat/item/3193
—
Diselesaikan di #Dasinem Pogung Dalangan, 5 Syaban 1440 H (11 April 2019, Kamis sore)
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com